Jumat, 02 Mei 2014

Naamah.....oh Naamah....


Seperti malam-malam sebelumnya, saya pun berjalan-jalan si padang rumput yang sangat luas ini. Sudah 2 hari padang ini saja telusuri tapi yang terlihat hanya rumput, rumput, rumput dan beberapa pohon yg berdiri sendiri. Seakan-akan menggambarkan sosok saya yang sedang sendirian di tengah padang rumput tersebut.

Dengan pakaian seadanya yang hanya menutup bagian pinggang ke bawah saja, saya pun terus dan terus berjalan menyusuri padang rumput tersebut. Tidak makan dan minum selama 2 hari ditambah lelah berjalan kaki membuat badan ini ambruk juga.
Sayup-sayup terdengar suara air menggelegak dan suara orang seperti sedang memasak. 
Pelan-pelan saya buka mata ini, belum pernah rasanya sesusah ini hanya untuk membuka mata.
Samar-samar pun terlihat sesosok wanita sedang memasak.
Akhirnya saya berhasil membuka mata ini, dan terlihat sebuah rumah sederhana seperti rumah bangsa eropa zaman dulu.
Mengetahui saya sadar wanita tersebut pun mendatangi saya sambil membawa mangkok berisi makanan.

"Sudah bangun ? Mari saya suapin makanan ini. "

Suaranya yang lemah lembut benar-benar membuat saya sangat nyaman dan tenang.
Ia pun membantu saya bangun dan duduk di sisi tempat tidur.
Ia duduk persis di depan saya.
Barulah saya bisa melihat dengan jelas sosok wanita cantik ini.
Wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih mulus dan rambut panjangnya yang diikat seaakan sengaja memamerkan leher jenjangnya.


Belum lagi pakaian yang digunakannya cukup seksi.
Ia hanya mengenakan baju terusan seperti kemben yang menutupi bagian dadanya sampai ke kaki.
Benar-benar sosok wanita yang sangat sempurna fisiknya.

"Buka mulutnya, aaaaaa....."

Kata-katanya seperti menghipnotis saya dan suapan pertama begitu nikmat. Sudah 2 hari tidak makan ditambah lagi ditemani dan disuapi wanita secantik ini, nikmatnya tak terbayangkan.

"Sini nona, biar saya makan sendiri aja."
Sembari tersenyum, ia pun menyerahkan mangkok yang ternyata berisi bubur tersebut.

"Silahkan, kalau mau tambah bilang ke saya ya...."
Seakan tak mendengar ucapannya, saya pun melahap makanan tersebut dengan rakusnya.
Hanya dalam hitungan detik, mangkok tersebutpun bersih.
Saa pun minta tolong kepadanya untuk mengambil makanannya lagi.

"Pelan-pelan aja makannya...."
Sambil tersenyum ia pun beranjak dari tempat duduknya mengambil makanan.
Kekaguman saya akan sosoknya semakin bertambah ketika melihat ia berjalan. Tinggi semampai, badan yang langsing dan bentuk tubuhnya sangat menggoda.
Ia pun membungkukkan badannya dan terlihat dadanya yang sungguh menggoda.
Saya terus memperhatikannya dan benar-benar kagum akan sosok dirinya. Sesekali ia melihat ke saya dan mata kami bertatapan langsung.
Senyum kecil di bibir mungilnya menghiasi wajahnya semakin menambah kecantikannya.
Ia pun berjalan ke arah saya dan memberikan mangkok berisi bubur itu kepada saya.
Tidak seperti tadi, kali ini saya makan dengan pelan dan menikmati tiap sendok dari bubur buatannya.
Sesekali saya melihatnya, ia terus memperhatikan saya makan. Kakinya disilangkan dan tangannya menopang dagunya yang ranum.

"slurp...slurp..."
Suara saya menikmati bubur buatannya.

"Nah, gitu kan lebih enak makannya."
lagi-lagi senyumnya membuat saya terdiam terpaku.

"Yah, namanya juga kelaparan non."
Ia pun tertawa kecil mendengar lelucon kecil saya.

"Saya kagum sama kamu, jarang sekali ada manusia yang bisa lolos dan bertahan hidup di padang rumput itu."

"Saya juga tidak tahu, kenapa saya bisa berada di situ."
"Mmmm... Memangnya nona sendirian ngapain di sini sendirian ?"

"Ini adalah rumah saya, dan padang rumput itu adalah halaman rumah saya."
"Rumah ?"
"iya,,,,"

"Saya melihat kamu berjalan kaki kemari dan tiba-tiba saja kmu pingsan di halaman saya, lalu saya bopong kamu ke dalam rumah."

"AAhhhh..... kalau begitu nona yang menolong saya ?"
Ia pun tersenyum kecil, seakan senyumnya ini yang menjawab pertanyaan saya.

Sambil membungkukkan kepala, saya berterima kasih atas pertolongannya dan minta maaf kalau sudah merepotkan.
"Tidak apa-apa." Sahutnya.

Saya pun mengangkat kepala saya dan menjulurkan tangan kepadanya.
"Kenalkan, nama saya shinje."
Ia pun mengangkat tangannya dan menyambut ajakan berjabat tangan saya.
Tangannya benar-benar lembut dan halus, membuat saya terhanyut merasakan sensasinya.

"Nama saya Naamah."
"Maaf, kalau saya terlambat memperkenalkan diri.."

"Lah, kok jadi nona yang minta maaf."
Ia pun tersenyum kecil....

"Udah kenalan jangan pake nona lagi dong."
"Siap mah !" jawab saya....

"Hihihihi...."
Untuk pertama kalinya ia tertawa lepas dan benar saja ketika tertawa pun, cantiknya tidak hilang, malah semakin cantik. Seperti wanita zaman sekarang, ia pun tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangannya, sangat menggemaskan...

"Baru ini ada orang yang memanggil saya begitu, kamu lucu juga ya..."
Saya menatap wajahnya dan melihat dia masih tertawa. Padahal menurut saya, itu gak terlalu lucu sih.

Saya terus saja memperhatikannya, perlahan-lahan ia sudah tenang dan tidak tertawa lagi.
Di saat itu kami saling bertatapan, saya benar-benar mengagumi kecantikannya dan tidak bisa rasanya mata ini lepas darinya.

Saya terus saja melihat kedua matanya yang biru dan lama-lama kedua mata itu semakin mendekat ke  wajah saya.

Saya merasakan sensasi empuk dan lembut menghigap di bibir saya, bibir indahnya itu kini menyatu dengan bibir saya.
Sungguh nikmat sekali rasanya.
Naamah sangat lihai berciuman, sangat lembut sekali. Cukup lama kami menikmati momen ini dan kemudian ia pun melepas ciumannya.

"Kamu tau kan siapa saya ?" tanyanya.
"Tau.... Naamah itu kan salah satu dari 4 Queen of Demons."

"Kalau kamu tau kenapa kamu gak takut ?"

"Kenapa harus takut ? Justru saya sangat mengagumi Naamah. Kecantikanmu sudah banyak diceritakan di dunia. Ternyata cerita-cerita itu salah, Naamah bukan hanya cantik, tetapi sangat cantik, baik lagi...."

Ia pun tersipu malu mendengar kata-kata saya.
Dan tiba-tiba saja ia pun langsung menyambar bibir saya (lagi).....

TO BE CONTINUED....